Rabu, 15 Februari 2012

KOMPETENSI KOPERASI: Pengelola Koperasi Syariah Akan Disertifikasi


JAKARTA: Pemerintah menargetkan pada 2015 mayoritas pengelola koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan syariah memiliki sertifikasi kompetensi sebagai wujud dari profesioanalisme pengelolaan jasa keuangan koperasi. Agus Muharram, Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan pengelola koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan syariah (KSP/KJKS) harus bersertifikasi agar reputasinya bisa sejajar dengan lembaga keuangan perbankan.

”Selanjutnya ada dua poin lagi yang ingin disasar dari program sertifikasi pengelola atau pengurus KSP/KJKS tersebut. Pertama, agar lebih profesional melayani anggotanya,” ujarnya kepada Bisnis hari ini.

Kedua, lanjutnya, agar lebih siap menghadapi era globalisasi, karena satu saat ahli manajerial koperasi asing bisa saja tampil menjadi pengelola koperasi di Indonesia. Jika antisipasi dilakukan sejak dini, maka pengelolaan oleh warga asing tidak perlu terjadi.

Antisipasi tersebut dimulai Kementerian koperasi dan UKM melalui pelatihan bagi seluruh manajer atau pengelola KSP/KJKS di seluruh Indonesia. Saat ini sesuai data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah KSP/KJKS sebanyak 71.365 unit.

Adapun ketentuan pengelola KSP/KJKS harus memiliki sertifikasi bagi KSP/KJKS, ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 133 Tahun 2007 tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor keuangan subsektor perantara keuangan bidang koperasi jasa keuangan.

Sertifkat dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi Koperasi Jasa Keuangan (LSP-KJK). Namun, sebelumnya para pengelola koperasi wajib mengikuti pelatihan yang difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM agar mereka bisa lebih mudah mendapatkan sertifikat. Program pelatihan yang difasilitasi instansi tersebut dimulai sejak 2009, dan telah melibatkan kurang lebih sekitar 1.000 orang. Pelatihan dilakukan secara bertahap dengan jumlah peserta bervariasi.

"Mengapa pengelola atau manajer KSP/KJKS harus memiliki sertifikat dari LPS-KJK, karena unit koperasi memang harus dikelola secara profesional. Target itu bisa tercapai jika didukung SDM yang memiliki kompetensi di bidangnya," tukas Agus Muharram.
Dengan demikian koperasi di bidang jasa keuangan sehat, dan mampu berfungsi sebagai lembaga internediasi bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk memperoleh permodalan.

Sumber :

- Bisnis Indonesia
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=828:kompetensi-koperasi-pengelola-koperasi-syariah-akan-disertifikasi&catid=50:bind-berita&Itemid=97

SERTIFIKASI KOPERASI: 3 Tahun lagi baru beres


JAKARTA: Pemerintah menargetkan pada 2015 mayoritas pengelola koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan syariah memiliki sertifikasi kompetensi sebagai wujud dari profesioanalisme pengelolaan jasa keuangan koperasi. Agus Muharram, Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan pengelola koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan syariah (KSP/KJKS) harus bersertifikasi agar reputasinya bisa sejajar dengan lembaga keuangan perbankan.

”Selanjutnya ada dua poin lagi yang ingin disasar dari program sertifikasi pengelola atau pengurus KSP/KJKS tersebut,” ujarnya kepada Bisnis (Kamis, 10 Februari 2012).

Pertama, agar lebih profesional melayani anggotanya.
Kedua, agar lebih siap menghadapi era globalisasi, karena satu saat ahli manajerial koperasi asing bisa saja tampil menjadi pengelola koperasi di Indonesia. Jika antisipasi dilakukan sejak dini, maka pengelolaan oleh warga asing tidak perlu terjadi.

Antisipasi tersebut dimulai Kementerian koperasi dan UKM melalui pelatihan bagi seluruh manajer atau pengelola KSP/KJKS di seluruh Indonesia. Saat ini sesuai data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah KSP/KJKS sebanyak 71.365 unit.

Adapun ketentuan pengelola KSP/KJKS harus memiliki sertifikasi bagi KSP/KJKS, ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 133 Tahun 2007 tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor keuangan subsektor perantara keuangan bidang koperasi jasa keuangan.

Sertifkat dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi Koperasi Jasa Keuangan (LSP-KJK). Namun, sebelumnya para pengelola koperasi wajib mengikuti pelatihan yang difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM agar mereka bisa lebih mudah mendapatkan sertifikat.

Program pelatihan yang difasilitasi instansi tersebut dimulai sejak 2009, dan telah melibatkan sekitar 1.000 orang. Pelatihan dilakukan secara bertahap dengan jumlah peserta bervariasi.

”Mengapa pengelola atau manajer KSP/KJKS harus memiliki sertifikat dari LPS-KJK, karena unit koperasi memang harus dikelola secara profesional. Target itu bisa tercapai jika didukung SDM yang memiliki kompetensi di bidangnya,” tukas Agus Muharram.

Dengan demikian koperasi di bidang jasa keuangan sehat, dan mampu berfungsi sebagai lembaga internediasi bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk memperoleh permodalan.

Sumber : 

-         Bisnis Indonesia

Minggu, 12 Februari 2012

6 Tips Hidup Bebas Utang

Jakarta - Berhemat dalam menjalankan hidup sepertinya sangat sulit dalam dilakukan. Sayangnya, hanya itu obat yang perlu disuntikkan jika kondisi finansial anda tidak sehat karena terlalu banyak dalam berutang.

Ada dua macam orang yang punya utang. Pertama, mereka yang sudah terbiasa bergantung pada utang di kehidupan sehari-harinya. Kedua, mereka yang mengutang untuk membeli rumah, bisnis, atau alasan lain tapi akhirnya tak mampu membayar akibat kesulitan keuangan.

Satu hal yang sama dari keduanya adalah, mereka sama-sama ingin bisa keluar dari jeratan utangnya sesegera mungkin. Pasalnya, utang itu seperti elang yang sedang terbang rendah mencari mangsa, anda tidak akan pernah tahu kapan elang itu menerkam.

Menurut penyair terkenal asal Amerika Serikat (AS) Ogden Nash, "Utang itu menarik ketika pertama kali didapat, tapi menjadi menyebalkan saat ingin menyingkirkannya."

Anda tidak bisa menyingkirkan tagihan-tagihan utang begitu saja, caranya harus dimulai dengan mengubah gaya hidup anda dan menganggap bahwa setiap satu rupiah itu berharga sekali.

Meski mengubah gaya hidup tidak semudah kelihatannya, tapi hal ini harus dilakukan, dipaksakan kalau bisa, demi menyelamatkan hidup anda secara perlahan-lahan.

Seperti dikutip dari Financial Highway, Jumat (19/1/2012), enam tips di bawah ini bisa membantu anda mengubah gaya hidup dan mulai berhemat hingga terbebas dari utang.

1. Pisahkan antara 'kebutuhan' dan 'keinginan'

Anda harus mampu memisahkan antara kebutuhan dan keigninan. Pasti anda punya banyak barang-barang di rumah yang dibeli hanya karena ingin, karena sebetulnya tidak benar-benar butuh. Sebelum membeli sesuatu, pelajari dengan seksama produk tersebut. Jika anda pikir kebutuhannya mendesak, barulah anda keluarkan rupiah. Jika ternyata hanya ingin beli, anda bisa menunggu sampai terbebas dari utang terlebih dahulu.

2. Ubah kebiasaan belanja

Manusia mudah tergoda untuk membeli sesuatu. Kebiasaan buruk ini biasanya lebih banyak diderita oleh wanita, karena wanita lebih sering berbelanja barang yang tidak sesuai dengan rencana awal. Anda bisa menghindari kejadian seperti ini dengan mencatat barang yang anda butuhkan dan jangan tergoda untuk keluar melanggar catatan tersebut.

3. Berhati-hati dalam belanja bulanan

Semakin minim waktu yang anda habiskan di supermarket semakin baik, karena barang belanjaan pun semakin minim. Jangan pernah membawa anak kecil saat belanja bulanan, karena selain anak kecil suka minta barang yang aneh-aneh, waktu yang anda habiskan di supermarket juga jadi lebih lama.

Ambil barang-barang yang anda butuhkan dengan cepat, tapi jangan lupa cek masa kadaluarsanya sekali lagi. Dengan sering berbelanja di tempat yang sama biasanya ada bagusnya, karena anda bisa mendapatkan potongan harga atau bonus.

4. Selalu bayar tagihan tepat waktu

Selalu bayar semua tagihan, termasuk utang tepat waktu. Karena selain menunda-nunda itu tidak baik, anda juga akan terkena tambahan bunga jika telat membayar. Jika memungkinkan, minta bank anda secara otomatis membayar tagihan melalui rekening.

Berhematlah dalam pemakaian energi, seperti listrik, BBM dan gas supaya tagihannya tidak terlalu besar. Ketika ingin menarik uang dari ATM, cari mesin yang tidak memotong biaya transaksi.

5. Hentikan kebiasaan bayar minimal batas utang

Kebanyakan bank mematok pembayaran utang minimum per bulan berkisar antara 2-5% dari total. Jangan termakan umpan yang diberikan bank tersebut, karena dengan cara itu anda akan terjebak membayar utang dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Semakin lama anda berutang kepada bank, semakin banyak uang yang harus anda keluarkan. Jangan biarkan kebiasaan ini menguasai anda. Bayarlah utang semampu mungkin tanpa harus membebani pengeluaran bulanan lainnya.

6. Potong anggaran hiburan

Jangan sering nongkrong dengan teman yang kerjaannya hanya berhura-hura setiap malam. Anda harus ingat, bersenang-senang itu tidak gratis. Hindari membeli sarapan dan kopi di kantin untuk sarapan jika memang anda bisa menyiapkannya di rumah sebelum berangkat.

Lebih jauh lagi, jika anda penggemar film, anda bisa menontonnya di hari-hari kerja saat malam hari, yang biasanya lebih murah ketimbang di akhir pekan. Hidup bebas dari utang itu hanya masalah mengubah gaya hidup. Semakin cepat anda mengikuti beberapa tips di atas, semakin cepat anda bisa terbebas dari utang.

(ang/qom) 




Sumber :




http://finance.detik.com/read/2012/01/20/072820/1820598/479/6-tips-hidup-bebas-utang

5 Cara Mudah Menabung Tanpa Sadar

Jakarta - Harga barang-barang kebutuhan pokok yang terus naik tanpa dibarengi kenaikan pendapatan bisa membuat anda makin kesulitan dalam menabung. Apalagi, Bank Indonesia (BI) baru saja menurunkan tingkat suku bungan acuan alias BI Rate menjadi 5,75%.

Itu berarti tingkat suku bunga tabungan kita di bank pun berpotensi diturunkan. Tapi jangan harap bunga kredit bisa turun, apalagi mencapai single digit alias di bawah 10%.

Dalam situasi seperti sekarang ini, anda harus lebih pintar lagi menyimpan uang, kalau bisa tanpa sadar anda bisa menabung secara otomatis. Berikut ini adalah lima tips untuk menyimpan uang tanpa anda sadari, seperti dikutip dari Investopedia, Jumat (9/2/2012).

1. Jalankan pilot otomatis anda

Salah satu trik untuk membiasakan diri dalam menambung adalah menempatkan simpanan di atas segala. Jadi, begitu tagihan bulanan datang, jangan langsung menyusun daftar yang harus dibayar. Tapi sisihkan sebagian uang untuk anda simpan terlebih dahulu.

Dengan begitu, setelah anda menyusun seluruh daftar tagihan dan menyiapkan uangnya, secara tidak sadar anda sudah punya uang untuk disimpan, kalau ternyata tagihannya tidak terlalu banyak. Tapi, jika ternyata tagihannya cukup banyak, anda bisa mengambil sebagian uang yang sudah anda simpan pertama kali.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah meminta kepada bank anda, jika memungkinkan, untuk memisahkan sebagian uang anda ke akun terpisah setiap bulan setelah gajian. Dengan begitu, anda tidak akan sadar akan jumlah uang yang anda simpan meski jumlahnya sudah menggunung.

Jumlah yang harus disisihkan tidak perlu terlalu besar. Hanya dengan Rp 200 ribu per bulan, anda akan punya Rp 2,4 juta dalam setahun, tanpa anda sadari.

2. Simpan kembalian

Masih ingat waktu anda belajar menabung dari uang receh jaman masih bocah? Tidak ada salahnya untuk mengulang kembali kebiasaan ini. Mulailah dengan mengosongkan uang receh di dompet anda setiap akhir minggu, taruhlah di tempat yang sudah disiapkan.

Anda bisa melibatkan keluarga juga dalam melakukan tabungan kecil ini. Apalagi jika anda punya anak, kebiasaan menyimpan uang ini sangat bagus, karena si kecil akan menghargai uang meski itu nilainya kecil. Jika tabungannya mulai penuh, tukar uang receh di bank terdekat atau tempat penukaran uang lainnya.

Jika anda melakukan hal ini secara rutin, bukan tidak mungkin dalam satu tahun nilainya bisa menembus jutaan tanpa anda sadari. Dengan begitu, anda juga akan lebih menghargai uang recehan dibandingkan sebelumnya.

3. Jangan diingat-ingat kalau anda sudah naik gaji

Gaji anda naik? Selamat! Tapi, sebelum anda tidak berpikir waras dan ingin segera belanja sesuatu, sebaiknya anda tidak perlu mengingat-ngingat kalau anda baru saja naik gaji.

Sebaiknya anda masukan selisih gaji baru ini ke dalam tabungan seperti yang disebutkan dalam poin pertama tadi. Sehingga, uang yang anda sisihkan setiap bulan jumlahnya makin bertambah tebal.

Hal ini agak susah dilakukan jika gaji yang naik hanya rutin tahunan, tapi jika gaji yang naik karena promosi anda bisa leluasa mengatur tabungan anda. Akan lebih baik lagi jika selisih gaji baru tersebut bisa anda simpan untuk dana darurat atau bahkan dana pensiun.

4. Jalankan kebiasan

Jika akhirnya anda sudah selesai membayar cicilan mobil yang butuh waktu bertahun-tahun, jangan mulai cari kredit lain, tetapi tetap sisihkan uang yang sama untuk masuk langsung ke tabungan anda. Kebiasaaan kredit anda bisa diubah menjadi kebiasaan menabung.

Bahkan, anda bisa memasukan kredit ini ke tabungan otomatis yang sudah diminta kepada bank, seperti sudah disinggung pada poin awal tadi. Bayangkan anda masih punya utang untuk melunasi mobil, sehingga uang tersebut akan tersimpan dengan baik tanpa anda sadari.

5. Simpan 'Harta Karun'

Kita semua pasti pernah mengalami hal ini, menemukan uang di lokasi atau benda yang kadang kita lupa. Contohnya, seperti menemukan Rp 50 ribu di saku jaket lama, atau bahkan di ransel yang dulu dipakai untuk liburan. Jangan langsung anda habiskan 'harta karun' seperti ini, sebaiknya anda simpan baik-baik di tabungan anda. Anggaplah sebagai dana kejutan untuk tambahan tabungan.

Tapi jika anda masih tergoda untuk membelanjakan uang tersebut, ada baiknya dibagi dua saja, setengah untuk jajan, setengahnya lagi ditabung. Dengan begini, anda masih bisa menyiapkan dana untuk masa depan dan tetap bisa bersenang-senang dengan membelanjakan 'harta karun' tersebut.

Kesimpulan:

Menabung atau menyimpan uang tidak perlu dibuat sulit. Dengan beberapa tips ini, anda bisa menabung tanpa harus merasa terbebani, bahkan anda tidak akan sadar jumlahnya begitu besar hanya dalam waktu singkat.

(ang/qom) 




Sumber :


http://finance.detik.com/read/2012/02/13/070128/1840627/479/5-cara-mudah-menabung-tanpa-sadar